Desa Pingit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat agraris dan dinamika sosial budaya masyarakat pegunungan di wilayah Banjarnegara bagian utara.
Nama "Pingit" diyakini berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu “pingit” yang berarti "tertutup" atau "tersembunyi". Dahulu, kawasan ini dikenal sebagai tempat yang cukup terpencil dan dikelilingi oleh hutan lebat serta perbukitan. Kondisi geografis tersebut menjadikan wilayah ini tersembunyi dari pusat-pusat pemerintahan dan perdagangan, sehingga masyarakatnya hidup mandiri dengan mengandalkan hasil alam dan pertanian.
Dalam cerita turun-temurun, desa ini dahulu digunakan sebagai tempat persembunyian atau tempat “pingitan” oleh para tokoh pejuang lokal yang menghindari kejaran penjajah Belanda. Konon, wilayah ini menjadi tempat perlindungan yang aman karena aksesnya yang sulit dan medannya yang terjal.
Pada masa kolonial Belanda, Desa Pingit mulai dikenal sebagai salah satu sentra pertanian rakyat di dataran tinggi. Masyarakat menanam palawija, kopi, cengkeh, dan hasil bumi lainnya yang menjadi komoditas utama. Pemerintah Hindia Belanda sempat mendirikan pos pengawasan di sekitar kawasan ini karena dianggap strategis untuk jalur distribusi hasil hutan dan pertanian.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Desa Pingit mengalami perkembangan pesat. Pemerintah Republik Indonesia mulai membangun akses jalan dan membuka pelayanan pendidikan serta kesehatan. Dari sebuah wilayah yang tertutup dan sulit dijangkau, Pingit mulai bertransformasi menjadi desa yang lebih terbuka dan terhubung dengan wilayah lain di Banjarnegara.
Desa Pingit masih mempertahankan berbagai tradisi lokal seperti kenduren, ruwatan bumi, dan sedekah gunung yang digelar secara berkala setiap tahunnya. Tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Pingit menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur atas hasil bumi yang mereka peroleh.
Selain itu, banyak penduduk Desa Pingit yang masih menjaga praktik pertanian organik tradisional yang ramah lingkungan, sesuai dengan kearifan lokal nenek moyang mereka.